Studi: CNG.online: - Pedoman diet yang dirilis Amerika Serikat dan Inggris pada 1977, yang meminta agar masyarakat menghindari lemak yang berasal dari mentega dan keju tak lagi berlaku saat ini.
“Dengan tujuan untuk mengurangi penyakit jantung koroner, para dokter ketika itu mendesak masyarakat untuk membatasi konsumsi lemak dan menghindari hal-hal seperti mentega dan keju. Tapi sebuah studi terbaru mengklaim bahwa pedoman tersebut dibangun tanpa bukti, dan mentega serta keju tidak patut dijauhi,” kata peneliti, Zoe Harcombe baru-baru ini.
Pedoman tua itu bertujuan untuk mengurangi konsumsi lemak hingga 30 persen dari total asupan energi, dan konsumsi lemak jenuh 10 persen lebih rendah dari total asupan energi.
Namun penelitian terbaru menyimpulkan, hasil penelitian lama tidak banyak memberi kontribusi bagi mereka yang ingin mengurangi berat badan.
"Hasilnya, tidak ada perbedaan jumlah kematian akibat jantung koroner. Justru pada saat seseorang mengurangi lemak, masyarakat malah beralih pada konsumsi karbohidrat,” kata Harcombe.
Para ahli kesehatan telah lama mencoba untuk mencari tahu apa yang telah menyebabkan epidemi obesitas (kegemukan). Selama bertahun-tahun, banyak yang percaya bahwa makan makanan tinggi lemak, seperti mentega, daging, atau keju akan menyebabkan obesitas. Dan menanggapi hal tersebut Harcombe berpendapat bahwa lemak jenuh bukanlah penyebab kegemukan.
Mentega berisi nutrisi penting, seperti vitamin A, E, dan K2, serta kalsium, fosfor dan kalium. Meskipun sebagian besar kalori mentega adalah kalori lemak, itu tidak berarti buruk. Lemak jenuh dalam mentega sering memberikan kontribusi untuk kolesterol baik atau HDL. Sementara keju memiliki aspek yang mirip, karena mengandung mineral dan vitamin seperti kalsium, fosfor, kalium, dan vitamin A.
Harcombe menyimpulkan, konsumsi lemak secara ekstrem dapat menyebabkan masalah kolesterol dan gangguan jantung, dan berkontribusi terhadap obesitas.
Namun tidak semua mentega dan keju buruk. Untuk mengindari obesitas sebaiknya konsumsi makanan alami, olahraga, dan melakukan diet seimbang. Konsumsi mentega, keju, dan telur juga dianjurkan.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Dengan tujuan untuk mengurangi penyakit jantung koroner, para dokter ketika itu mendesak masyarakat untuk membatasi konsumsi lemak dan menghindari hal-hal seperti mentega dan keju. Tapi sebuah studi terbaru mengklaim bahwa pedoman tersebut dibangun tanpa bukti, dan mentega serta keju tidak patut dijauhi,” kata peneliti, Zoe Harcombe baru-baru ini.
Pedoman tua itu bertujuan untuk mengurangi konsumsi lemak hingga 30 persen dari total asupan energi, dan konsumsi lemak jenuh 10 persen lebih rendah dari total asupan energi.
Namun penelitian terbaru menyimpulkan, hasil penelitian lama tidak banyak memberi kontribusi bagi mereka yang ingin mengurangi berat badan.
"Hasilnya, tidak ada perbedaan jumlah kematian akibat jantung koroner. Justru pada saat seseorang mengurangi lemak, masyarakat malah beralih pada konsumsi karbohidrat,” kata Harcombe.
Para ahli kesehatan telah lama mencoba untuk mencari tahu apa yang telah menyebabkan epidemi obesitas (kegemukan). Selama bertahun-tahun, banyak yang percaya bahwa makan makanan tinggi lemak, seperti mentega, daging, atau keju akan menyebabkan obesitas. Dan menanggapi hal tersebut Harcombe berpendapat bahwa lemak jenuh bukanlah penyebab kegemukan.
Mentega berisi nutrisi penting, seperti vitamin A, E, dan K2, serta kalsium, fosfor dan kalium. Meskipun sebagian besar kalori mentega adalah kalori lemak, itu tidak berarti buruk. Lemak jenuh dalam mentega sering memberikan kontribusi untuk kolesterol baik atau HDL. Sementara keju memiliki aspek yang mirip, karena mengandung mineral dan vitamin seperti kalsium, fosfor, kalium, dan vitamin A.
Harcombe menyimpulkan, konsumsi lemak secara ekstrem dapat menyebabkan masalah kolesterol dan gangguan jantung, dan berkontribusi terhadap obesitas.
Namun tidak semua mentega dan keju buruk. Untuk mengindari obesitas sebaiknya konsumsi makanan alami, olahraga, dan melakukan diet seimbang. Konsumsi mentega, keju, dan telur juga dianjurkan.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kemudian Studi: Suhu Dingin Bisa Melangsingkan Tubuh, CNG.online: - Sebuah studi baru menyatakan, paparan suhu dingin akan membuat berat badan seseorang stabil dan jauh dari kegemukan.
Penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal Molecular Cell menyatakan, suhu dingin akan meningkatkan kadar protein, yang mampu membentuk lemak cokelat. Lemak cokelat adalah lemak di dalam tubuh yang menghasilkan panas.
Para peneliti di University of California (UC), Berkeley, menemukan, paparan udara dingin membuat protein, yang disebut faktor transkripsi Zfp516, yang membuat lemak putih dalam tubuh berubah seperti lemak cokelat, yang mana lemak yang satu ini bisa membakar energi.
Para peneliti menemukan, berat badan tikus yang diberi protein Zfp516, 30 persen lebih ringan daripada kelompok tikus yang diet tinggi lemak.
Hei Sook Sul, profesor ilmu gizi dan toksikologi UC Berkeley, mengatakan, lemak cokelat tidak hanya penting untuk termogenesis (proses pengeluaran energi oleh tubuh), tetapi ada bukti bahwa lemak cokelat juga dapat mempengaruhi metabolisme dan resistensi insulin.
Jika seseorang bisa meningkatkan kadar protein ini, mereka bisa memiliki lebih banyak lemak cokelat, dan mungkin bisa menurunkan berat badan lebih banyak.
Tidak seperti lemak putih, yang menyimpan kelebihan energi, lemak cokelat membakar energi untuk membuat kita tetap hangat. Pada manusia, lemak cokelat ada pada bayi. Pada manusia dewasa, lemak cokelat ditemukan di sekitar jantung, otak, leher, dan sumsum tulang belakang.
Penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal Molecular Cell menyatakan, suhu dingin akan meningkatkan kadar protein, yang mampu membentuk lemak cokelat. Lemak cokelat adalah lemak di dalam tubuh yang menghasilkan panas.
Para peneliti di University of California (UC), Berkeley, menemukan, paparan udara dingin membuat protein, yang disebut faktor transkripsi Zfp516, yang membuat lemak putih dalam tubuh berubah seperti lemak cokelat, yang mana lemak yang satu ini bisa membakar energi.
Para peneliti menemukan, berat badan tikus yang diberi protein Zfp516, 30 persen lebih ringan daripada kelompok tikus yang diet tinggi lemak.
Hei Sook Sul, profesor ilmu gizi dan toksikologi UC Berkeley, mengatakan, lemak cokelat tidak hanya penting untuk termogenesis (proses pengeluaran energi oleh tubuh), tetapi ada bukti bahwa lemak cokelat juga dapat mempengaruhi metabolisme dan resistensi insulin.
Jika seseorang bisa meningkatkan kadar protein ini, mereka bisa memiliki lebih banyak lemak cokelat, dan mungkin bisa menurunkan berat badan lebih banyak.
Tidak seperti lemak putih, yang menyimpan kelebihan energi, lemak cokelat membakar energi untuk membuat kita tetap hangat. Pada manusia, lemak cokelat ada pada bayi. Pada manusia dewasa, lemak cokelat ditemukan di sekitar jantung, otak, leher, dan sumsum tulang belakang.
No comments:
Post a Comment