CNG.online: - Surabaya Kecerdasan emosi (Emotional Intelligence) memengaruhi keberhasilan anak pada masa mendatang, sebab, aspek tersebut dapat mengarahkan pikiran dan tindakan mereka dalam kehidupan sehari-hari.
"Dulu, kecerdasan identik dengan Intelectual Quotient (IQ) dan ternyata hal itu hanya memengaruhi 20 persen keberhasilan individu di masyarakat. Sementara, 80 persen ditentukan kecerdasan emosi," kata Psikolog, Rose Mini, ditemui pada Seminar Morinaga bertajuk Siap Cerdaskan Si Kecil Sejak Dini, di Surabaya, Sabtu (21/12).
Ia mengungkapkan, ketika kecerdasan emosi anak terasah dengan baik ada beberapa manfaat yang diperoleh seperti bergaul dan menghargai orang lain. Selain itu, anak akan memperlihatkan kasih sayang kepada orangtuanya, lancar berkomunikasi, dan mudah menerima stimulasi lingkungan untuk membentuk multitalentanya.
"Stimulasi kecerdasan emosi pada masa 1.000 hari kehidupan awal anak tentu akan mempersiapkan landasan emosi anak yang lebih stabil pada masa mendatang. Dengan begitu, anak sudah terbiasa mempergunakan kecerdasan emosi itu," ujarnya.
Pada kesempatan itu, Ketua Divisi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSU dr Soetomo, Ahmad Suryawan, menjelaskan, langkah orang tua dalam membentuk anak cerdas harus dilakukan sejak awal kehidupan anak atau bukan lagi saat anak lahir. Akan tetapi sejak anak dalam mandingan hingga usia 1.000 hari kehidupannya.
"Sejak sekitar lima tahun terakhir hampir seluruh negara di dunia di bawah inisiasi WHO dan UNICEF gencar menggerakkan program yang memprioritaskan 1.000 hari pertama kehidupan anak. Indonesia secara resmi menggerakkan semua potensi sumber daya bangsa dan negara untuk program itu," katanya.
Pada kesempatan itu, Business Head Nutrition for Infant and Baby, Kalbe Nutritionals, Helly Oktaviana, mengemukakan, pada masa 1.000 hari pertama itu terdapat tiga rentang periode sebagai titik paling kritis kehidupan anak. Periode pertama, masa di mana janin berada dalam kandungan sepanjang kurang lebih 280 hari atau saat terjadi pembentukan organ utama manusia.
"Periode kedua, masa ketika anak lahir hingga usia enam bulan yang membutuhkan waktu 180 hari dan menjadi gerbang untuk membuka dunia luar kepada anak yang telah lahir," katanya.
Lalu, tambah dia, periode ketiga terjadi pada usia enam bulan hingga dua tahun yakni butuh waktu 540 hari saat semua organ tubuh anak berintegrasi satu sama lain untuk membentuk tumbuh kembang anak. Pada usia dua tahun, struktur otak anak sudah mencapai 80 persen struktur orang dewasa.
"Pada masa itu seharusnya anak memiliki kemampuan fisik, verbal, kompetensi sosial, dan pembelajaran norma perilaku salah dan benar. Saat itulah menjadi masa tepat orangtua menerapkan pola asuh dan menstimulasi dari luar serta kebutuhan nutrisinya," katanya.
"Dulu, kecerdasan identik dengan Intelectual Quotient (IQ) dan ternyata hal itu hanya memengaruhi 20 persen keberhasilan individu di masyarakat. Sementara, 80 persen ditentukan kecerdasan emosi," kata Psikolog, Rose Mini, ditemui pada Seminar Morinaga bertajuk Siap Cerdaskan Si Kecil Sejak Dini, di Surabaya, Sabtu (21/12).
Ia mengungkapkan, ketika kecerdasan emosi anak terasah dengan baik ada beberapa manfaat yang diperoleh seperti bergaul dan menghargai orang lain. Selain itu, anak akan memperlihatkan kasih sayang kepada orangtuanya, lancar berkomunikasi, dan mudah menerima stimulasi lingkungan untuk membentuk multitalentanya.
"Stimulasi kecerdasan emosi pada masa 1.000 hari kehidupan awal anak tentu akan mempersiapkan landasan emosi anak yang lebih stabil pada masa mendatang. Dengan begitu, anak sudah terbiasa mempergunakan kecerdasan emosi itu," ujarnya.
Pada kesempatan itu, Ketua Divisi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSU dr Soetomo, Ahmad Suryawan, menjelaskan, langkah orang tua dalam membentuk anak cerdas harus dilakukan sejak awal kehidupan anak atau bukan lagi saat anak lahir. Akan tetapi sejak anak dalam mandingan hingga usia 1.000 hari kehidupannya.
"Sejak sekitar lima tahun terakhir hampir seluruh negara di dunia di bawah inisiasi WHO dan UNICEF gencar menggerakkan program yang memprioritaskan 1.000 hari pertama kehidupan anak. Indonesia secara resmi menggerakkan semua potensi sumber daya bangsa dan negara untuk program itu," katanya.
Pada kesempatan itu, Business Head Nutrition for Infant and Baby, Kalbe Nutritionals, Helly Oktaviana, mengemukakan, pada masa 1.000 hari pertama itu terdapat tiga rentang periode sebagai titik paling kritis kehidupan anak. Periode pertama, masa di mana janin berada dalam kandungan sepanjang kurang lebih 280 hari atau saat terjadi pembentukan organ utama manusia.
"Periode kedua, masa ketika anak lahir hingga usia enam bulan yang membutuhkan waktu 180 hari dan menjadi gerbang untuk membuka dunia luar kepada anak yang telah lahir," katanya.
Lalu, tambah dia, periode ketiga terjadi pada usia enam bulan hingga dua tahun yakni butuh waktu 540 hari saat semua organ tubuh anak berintegrasi satu sama lain untuk membentuk tumbuh kembang anak. Pada usia dua tahun, struktur otak anak sudah mencapai 80 persen struktur orang dewasa.
"Pada masa itu seharusnya anak memiliki kemampuan fisik, verbal, kompetensi sosial, dan pembelajaran norma perilaku salah dan benar. Saat itulah menjadi masa tepat orangtua menerapkan pola asuh dan menstimulasi dari luar serta kebutuhan nutrisinya," katanya.
No comments:
Post a Comment