CNG.online: - Indonesia, makin tinggi pendidikan, semakin ingin dia menjadi pegawai.
Ratna Megawangi, pendiri Indonesia Heritage Foundation, menilai sangat perlu untuk menanamkan spirit kewirausahaan sejak dini, karena mengatakan melihat jumlah wirausaha di Indonesia yang masih minim, yakni hanya sebesar dua persen. Dengan demikian, peran guru menjadi sangat penting.
"Dari dua persen enterpreneur yang ada di Indonesia, 90 persen sangat dipengaruhi oleh rekaman-rekaman yang ada semasa kecil, kualitas guru saja dibenahin, kita pasti lebih baik dalamentrepreneurship," kata Ratna, pada acara 'Expert group discussion' tentang ekosistem kewirausahaan, di Mandiri Club, Jakarta Selatan, Rabu 11 Maret 2015.
Istri dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ini mengatakan bahwa anak pada usia di bawah delapan tahun harus berani mencoba, berani salah, dan berani mengambil risiko, sehingga ketika dia dewasa sikap itu akan tertanam. Dari situ, ungkapnya, muncullah sikap berani untuk berwirausaha.
"Karena pada delapan tahun pertama, anak-anak akan men-downloaddata-data informasi dalam otaknya, yang berada pada gelombang theta, sehingga jika ditanamkan karakter entrepreneur, berani mencoba, rajin, pekerja keras, penuh ide, berani mencoba, akan berpengaruh besar terhadap masa depannya," jelasnya.
Masalah guru di Indonesia, lanjutnya, adalah masalah yang paling krusial untuk menentukan sikap enterpreneur.
"Hal yang ironi, adalah semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin ingin dia untuk menjadi pegawai, makanya yang perlu ditekankan adalah bagaimana mengubahmindset guru, karena yang besar dimulai dari yang kecil, benahi saja yang kecil-kecil," ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan setuju dengan hal itu dan mengatakan bahwa berwirausaha itu adalah hal yang unik.
"Wirausaha itu kayak berenang dan bersepeda, beda dengan matematika dan fisika, coba orang yang berteori saja, pasti ketika berenang akan tenggelam di kolam, karena berenang harus diajari di kolam, atau bersepeda harus diajari di jalan, karena orang yang belajar teori belum tentu bisa berdagang," tuturnya.
Ratna Megawangi, pendiri Indonesia Heritage Foundation, menilai sangat perlu untuk menanamkan spirit kewirausahaan sejak dini, karena mengatakan melihat jumlah wirausaha di Indonesia yang masih minim, yakni hanya sebesar dua persen. Dengan demikian, peran guru menjadi sangat penting.
"Dari dua persen enterpreneur yang ada di Indonesia, 90 persen sangat dipengaruhi oleh rekaman-rekaman yang ada semasa kecil, kualitas guru saja dibenahin, kita pasti lebih baik dalamentrepreneurship," kata Ratna, pada acara 'Expert group discussion' tentang ekosistem kewirausahaan, di Mandiri Club, Jakarta Selatan, Rabu 11 Maret 2015.
Istri dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ini mengatakan bahwa anak pada usia di bawah delapan tahun harus berani mencoba, berani salah, dan berani mengambil risiko, sehingga ketika dia dewasa sikap itu akan tertanam. Dari situ, ungkapnya, muncullah sikap berani untuk berwirausaha.
"Karena pada delapan tahun pertama, anak-anak akan men-downloaddata-data informasi dalam otaknya, yang berada pada gelombang theta, sehingga jika ditanamkan karakter entrepreneur, berani mencoba, rajin, pekerja keras, penuh ide, berani mencoba, akan berpengaruh besar terhadap masa depannya," jelasnya.
Masalah guru di Indonesia, lanjutnya, adalah masalah yang paling krusial untuk menentukan sikap enterpreneur.
"Hal yang ironi, adalah semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin ingin dia untuk menjadi pegawai, makanya yang perlu ditekankan adalah bagaimana mengubahmindset guru, karena yang besar dimulai dari yang kecil, benahi saja yang kecil-kecil," ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan setuju dengan hal itu dan mengatakan bahwa berwirausaha itu adalah hal yang unik.
"Wirausaha itu kayak berenang dan bersepeda, beda dengan matematika dan fisika, coba orang yang berteori saja, pasti ketika berenang akan tenggelam di kolam, karena berenang harus diajari di kolam, atau bersepeda harus diajari di jalan, karena orang yang belajar teori belum tentu bisa berdagang," tuturnya.